29 February 2008

:: Sepak Bola Yang Terdiskriminasi - US Soccer

Melihat berita photo sport-nya Kompas kemarin tentang tour club sepak bola Los Angeles Galaxy melawat ke tiga negara Asia - di Amrik di sebut soccer bukan football - memberikan suatu makna bahwa perlahan tapi pasti sepak bola yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai "the most beautiful games in the world" - tapi di Amrik dipandang sebagai "the boring games" - telah menapak track yang benar dalam memasuki kesadaran berfikir maistream rakyat Amerika untuk menjadi sebuah sport yang setara dengan "the big four", setelah sekian lama terdiskriminasikan dalam dunia olah raga Amerika. Kehebohan yang paling mengundang perhatian masyarakat Amerika adalah ketika klub tersebut berhasil menggaet David Beckam untuk berlaga di MLS (Major League Soccer) - liganya Amerika Serikat - sehingga surat kabar bergengsi seperti The New York Times memberikan porsi yang cukup besar dalam liputannya tentang kedatangan sang bintang sepak bola ini. Sesaat masyarakat di US mulai tersadar dari ke-ignorance-nya bahwa sepak bola telah datang dan tumbuh di tanah tempat dimana olahraga menjadi indutri bisnis milyaran dollar.

Perjalanan sepak bola Amerika adalah sebuah penantian panjang yang melelahkan serta sebuah pergulatan antara keputus-asaan, ketiadaan-harapan dengan sedikit keyakinan bahwa suatu saat nanti sepak bola akan diterima dan mendapat apresiasi yang layak sebagai-mana olah raga lainnya.

Kalau kita perhatikan surat kabar Amerika selama ini, jangan harap ada headline tentang sepak bola pada section olah ragannya. Kalaupun ada hanya berita singkat beberapa paragraf saja. Demikian juga tayangan olah raga pada jaringan televisi sport nasional seperti ESPN, Fox dan sebagainya. Dari pada menayangkan pertandingan piala dunia, mending menayangkan ulang kejuaraan basket antar kampus atau lomba memancing. Dan lebih parah lagi, bahkan ada reporter atau pembawa acara yang kerjanya mengejek sepak bola - dikenal sebagai "soccer basher". Sepak bola hampir tak tersentuh dan tidak mau dijamah, ia dianggap sebagai permainan asing yang tidak mewakili kultur dan tradisi Amerika. Olah raga yang dianggap representasi budaya Amerika adalah Americaan Footbal karena sarat dengan kekuatan fisik, Basket karena jumlah score-nya yang banyak, Baseball yang dianggap sebagai tradisi olah raga Amerika sejati, dan Ice Hockey yang butuh perlengkapan rumit seperti kostum khusus, stick, masker, helm dan tentu saja lapangan yang harus dilapisi es. Sangat Amerika ! Sementara sepak bola...? Forget it ! Itu hanyalah olah raga aneh dimana sekumpulan orang berlari-lari memperebutkan sebuah bola. Kenapa tidak dibagikan saja bolanya masing-masing kepada setiap orang ?

Ada banyak alasan kenapa sepak bola tidak populer atau lebih tepat didiskriminasikan oleh pecinta olah raga Amerika. Selain alasan bahwa ia bukan tradisi Amerika,sepak bola dipandang tidak marketable, karena tidak adanya jedah untuk iklan dalam suatu tayangan sepak bola kecuali saat instirahat 15 menit. Ada juga yang beranggapan bahwa sepak bola minim score dan kadang kala berakhir imbang 0-0, sesuatu hal yang tak ada dalam kosa kata budaya Amerika. Disamping itu pengaruh rasa percaya diri yang tinggi Bangsa Amerika terhadap bangsa lain bahwa segala sesuatunya haruslah bersumber dari mereka, menjadikan sepak bola sebagai simbol kekalahan Amerika terhadap hegemoni produk budaya bangsa lain jika Amerika meng-adopsi sepak bola sebagai olah masyarakat.

Namun alasan yang tak kalah argumentatif adalah aroma persaingan bisnis antar cabang olah raga mapan yang telah menghasilkan banyak uang. Dengan masuknya sepak bola dalam kancah perbisnisan olah raga, dikhawatirkan pasar penonton dan fans akan terpecah walaupun tak dapat dipungkiri bahwa setiap olah raga ada pendukung setianya masing-masing. Tapi yang jelas ada pergeseran dan pengurangan market share terhadap olah raga mapan.Yang paling resisten terhadap kehadiran sepak bola adalah mereka yang berada dalam zona kenyamanan establish-nya Basket, American football, dan Baseball. Kolumnis olah raga dan presenter olahraga termasuk golongan ini.

Geliat sepak bola Amerika dimulai ketika Liga sepak bola amerika (MLS) dibentuk tahun 1996, dua tahun setelah Amerika menjadi tuan rumah penyelenggara Piala Dunia 1994. Alan Rothenberg sebagai salah satu inisiator terbentuknya MLS yang pada saat itu hanya diikuti oleh 10 klub. Setelah mengalami jatuh bangun -ada kelab yang dibubarkan, ada pula yang direlokasi ke kota lain disamping expansi klub baru - kini MLS telah beranggotakan 14 klub dan mempunyai 6 stadion khusus sepak bola (Soccer Specific Stadium) dan akan menyusul lagi Stadion baru lainnya.

Inilah keempat belas klub yang berlaga di MLS :
- Houston Dynamo
- Los Angeles Galaxy
- Colorado Rapids
- DC United
- Colombus Crew
- New York Red Bull
- Kansas City Wizards
- New England Revolution
- FC Dallas
- Chicago Fire
- Real Salt Lake
- CD Chivas USA
- Toronto FC
- San Jose Earthquakes

Dari berita dan milis komunitas sepak bola seperti big soccer yang sering kuikuti, terbentuknya MLS turut memberikan kontribusi penting bagi perkembangan sepak bola di Amerika. Puncaknya ketika AMerika Serikat lolos delapan besar pada putaran Piala Dunia 2002 di Jepang - Korsel, dimana sebagian pemainnya adalah pemain-pemaian MLS. Hanya tinggal masalah waktu sepak bola bukan lagi anak itik siburuk rupa, ia telah menjelma menjadi seekor angsa yang menawan mempersona masyarakat pencinta olah raga disana. Kita ucapkan selamat tinggal diskriminasi olah raga......

No comments: