05 March 2008

Diskoneksi Antar Generasi

"Little by little, we lose our friends, we lose everything. We keep losing and losing, till we say, you know,"what the hell am I living around here for? I got no reason to go on".

Sedikit demi sedikit, kita kehilangan sahabat-sahabat kita, kita kehilangan segala sesuatunya. Kehilangan dan terus kehilangan, sampai kita berkata " untuk apalagi aku hidup disini? Aku tidak ada alasan untuk terus hidup."

(Dialog Pelatih tua dengan Rocky Balboa dalam "Rocky V")


Kita hidup dalam dimensi ruang dan waktu yang sama dengan orang yang ada disekitar kita. Mereka hadir dan eksis dihadapan kita. Tapi apakah kita secara emosi berbagi passion dengan mereka? Apakah feel kita terhadap sesuatu, katakanlah musik- juga ditangkap dengan cita rasa yang sama oleh generasi jauh lebih muda dari kita? Lagu oldies 80-an hanya bisa diapresiasi dengan tepat oleh mereka yang masih remaja pada saat itu, dan akan dianggap aneh oleh remaja jaman sekarang yang terbiasa dengan lagu sejenis band Samson, Ungu, The Rock, dll. Ketika kita hadir disekolah hanya untuk sekedar sebuah nostalgia SMA, kita akan dibuat kecewa karena nuansanya sudah beda walaupun gedungnya relatif sama. Dunia SMA yang dulu pernah kita miliki pergi entah kemana, digantikan dengan dunianya adik-adik kelas dengan perspektif pandangan mereka yang sama sekali berbeda.

Saat kita ingin berbagi passion dengan mereka yang berbeda generasi, kita merasakan ada sesuatu yang disconnected. Seperti bunyi pantun: Jaka sembung naik ojek.... Nggak nyambung, nggak konek! Dan akhirnya merasa terasing ditengah-tengah hiruk pikuknya manusia disekitar kita. Saat itulah kita butuh mereka-mereka yang pada suatu masa pernah dekat dan bersinggungan dengan sejarah kehidupan kita,agar dapat berbagi passion. Merasakan feel dan emosi yang sama tak kala mempersepsikan lingkungan sekitar.

Dan akhirnya satu-persatu mereka meninggalkan kita. Kita merasakan ada bagian dalam diri kita yang turut pergi. Ada perasaan ditinggalkan dalam hal ini dan ingin melepaskan kepergian itu dengan cara terbaik yang kita miliki.

Momen kehidupan paling dramatis tentang perasaan ditinggalkan ini, aku saksikan ketika sahabat-sahabat Pak Harto yang sama sama pernah menjabat sebagai kepala negara pada range waktu tahun 70 s/d 90an - Lee Kwan Yu, Mahathir Mohamammad, Fidel Ramos dan Sultan Bolkiah - mengantarkan kepergian Pak Harto ditempat peristirahatannya terakhir. Penghormatan untuk kepergian orang yang dihormati sekaligus untuk seorang sahabat yang dulu pernah berbagi manis pahitnya kekuasaan di lingkukngan ASEAN. Mereka yang ditinggalkan ini akan teralienasi dalam pemikiran masa lampau tentang konsep negara dan cara memerintah, semetara dunia berubah cepat dengan demokratisasi, globalisasi, lingkungan hidup, hak asasi manusi dan lain-lainnya.

Waktu boleh berganti. Generasi demi generasi muncul mengantikan generasi yang telah pergi. Mereka menempati dunia realita yang sama. Namun mereka punya perspektifnya masing-masing dalam memandang dunianya.

No comments: