24 October 2008

Fragmen Buram dari Masa Lalu

Cuaca panas sekali malam ini. Angin musim pancaroba yang masuk di sela-sela ventilasi berbisik samar. Anganku menerawang jauh kebelakang…

Tapi sekat waktu terlalu tebal, memburamkan visual memori dua puluh tiga tahun yang lalu. Aha! Engkau mungkin bergumam, hmm, terlalu lama untuk sepotong memori usang dan buram. Tapi aku tetap menggosok sekat itu, mencari sekelumit kisah untuk di kenang.

Flash back bayangan masa lalu muncul acak dalam potongan tak utuh. Sia-sia sepertinya aku merekonstruksi frame demi frame moment itu.

“Memang aku pernah membuat komitment dengan mas ?” katamu defensif waktu itu.

Bukan. Bukan sosok yang ini.Ini adalah fragment dari masa laluku tujuh belas tahun yang lalu. Dan bukan juga potongan mosaik yang satu ini, karena aku tak pernah mengenalnya menggunakan syal tipis dan gaun coklat itu. Mosaik ini untuk episode lain. Aku ingin sebuah cerita tentang senandung daun cemara di tengah malam. Tentang gemerisik suara pasir terinjak kaki saat kita melangkah bersama. Tentang senyum anggunnya pada suatu sore, menyebarkan degup di dada.

Mosaik itu kini terpampang jelas. Sekelumit cerita anak SMA camping bersama di Pasir Panjang, Singkawang.

Selamat malam. Apa kabarmu sekarang...
Mungkin garis tipis halus dan samar menghiasi wajahmu yang tidak lagi muda. Seperti juga beberapa helai rambutku yang mulai kehilangan pigmennya.

Maka tidurlah, dan jalani dunia seperti adanya. Aku tak hendak mengusik kenyamananmu. Juga tak hendak mengenalmu. Biarlah fragment ini untukku saja, dan akan kutaruh dalam lorong terjauh di alam bawah sadarku. Bersemayam dalam keabadian.

Kita masing-masing punya kehidupan.

No comments: