02 December 2008

Bukan Empat Mata Yang Empat Mata Banget

Apa yang saya ungkap pada posting saya sebelumnya terbukti. Operator TV Tran7 bermain dengan menggunakan celah/kelemahan yang terdapat pada aturan main yang berlaku (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, disingkat P3 dan SPS), untuk menayangkan kembali sebuah program acara yang sebenarnya sudah dibekukan. Reinkarnasi program talk show “Empat Mata” yang dibekukan oleh KPI (Komisi Penyiran Indonesia), bangkit lagi dengan nama “Bukan Empat Mata”. Tak tanggung-tanggung, dekorasi panggung, format acara, host sampai dengan jam tayang acara tersebut sama seperti pendahulunya yang sudah almarhum satu bulan yang lalu. Saya bertanya-tanya. Yang bukan Empat Mata, yang mana ya?

Program tayangan yang diklaim sebagai sesuatu yang baru tersebut, mulai tayang sejak tanggal 1 Desember 2008 tadi malam. Mengambil thema Welcome Back Mas Tukul pada edisi perdananya, program tersebut tampil nyaris sama dengan program Empat Mata. Hanya segment current issue (mengangkat issue-issue yang sedang berkembang di masyarakat) yang membedakannya sedikit dengan pendahulunya. Lalu apakah dengan hanya penambahan segment tersebut, Trans TV berhak menclaim program tersebut sebagai bukan “Empat Mata”? Lalu terbebas dari jerat penalti otoritas penyiaran?

Kalau kita berbicara makna “bukan”, maka dalam semesta pembicaraan bukan “Empat Mata” berarti sesuatu selain Empat Mata. Ia bisa berarti acara Goyang Dangdut, bisa jadi acara reality show, atau bisa juga sinetron dengan mas Tukul jadi pelakonnya. Apa lagi? Pokoknya bukan acara talks show yang mempunyai ciri-ciri acara nyaris sama dengan sebuah program yang pernah dibekukan sebulan yang lalu karena melanggar aturan main. Apalagi ditayangkan pada jam tayang yang sama, dan host serta pembantu host yang sama pula.

Apa yang saya saksikan tadi malam (ini bukan komplain lho) adalah suatu ejekan Trans 7 kepada KPI. Dan Trans TV merasa yakin dia aman, karena yang dibekukan oleh KPI adalah Empat Mata bukannya “Bukan Empat Mata”, tak peduli konten dan format yang terkandung didalamnya hampir sama. P3 dan SPS yang disusun oleh KPI tidak mengatur sampai sedetail itu.

Ini seperti analogi si Fulan yang memakai baju lain dari biasanya, lalu mengaku: “saya bukan Fulan lho”. Dan pernyataan itu harus kita setujui, hanya karena kita tak punya definisi yang lengkap dan detail tentang siapa dan apa si Fulan itu. Walau secara kasat mata kita tahu bahwa ia adalah si Fulan, orang yang kita kenal dan hidup bersama kita.

Well ... kembali ke laptop Bukan Empat Mata-nya mas Tukul. Semoga apa yang telah terjadi pada program Empat Mata, menjadi pelajaran bagi pengelolah acara, pembawa acara agar lebih santun, lebih cerdas serta tidak aneh-aneh dalam membawakan acaranya. Bukan sebaliknya, kerena adanya pembiaran terhadap kasus ini dari regulator penyiaran, justru acara Bukan Empat Mata malah lebih aneh-aneh dan lebih vulgar. Kan kalau dicekal lagi oleh KPI, program bisa diganti namanya menjadi “Bukan Bukannya Empat Mata”. Yang bisa berarti Empat Mata.

7 comments:

Scripta Manent Verba Volant said...

Peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengawasi tayangan TV. Salam kenal.

Anonymous said...

saya berpendapat lain bung Ilyas, ketika sudah terjadi "resetting of the program title", maka acara itu sudah dianggap sebagai "the new product". Lha itu bukan empat mata berarti sipemandu acaranya juga sudah jelas bukan tukul. Jadi....

Anonymous said...

Pa ! ngak cape tuh ngomentarin TV dengan acara seperti itu ? di negri antah barantah seperti ini yang dilihat khan bukan isinya, tapi labelnya, peduli kata orang yang penting halal, walaupun isinya berbau keharam-haraman. Dan yang ironisnya masyarakat suka yang samar-samar itu. Jadi model seperti bp akan dianggap aneh...he..he.. maaf loh pak.

Anonymous said...

@scripta Manent: Salam kenal juga

@Luckystudio: jika bukan empat mata, sipemandu acara juga jelas bukan tukul. yang benar kutul :)

@pucuk: capek juga sih, makanya saya batasi hanya dua posting saja utk tv nas. Kalau dianggap aneh... saya bawa nge-blog aja. ntar anehnya ketelan dunia maya :)

Tks pak pucuk mau mampir malam-malam.

Anonymous said...

namanya juga bisnis bos..

Ilyas Mak said...

@ario saja: wah,no comment deh kalau alasannya bisnis. Posting saya hanya dari perspektif apakah program baru tsb masih bisa dikategorikan "empat mata".

Anonymous said...

Bagaimanapun tv kan marked oriented, mereka tetap menomorsatukan rating, karena rating berarti uang